Kamis, 08 November 2012

PENULIS : BAYU SATIRO 09220306 NURMUFIDHA MULIANA 09220314 AKBAR FAHMI 09220324 BAMBANG IRAWAN 09220347 DZATUN HABIBAH 09220366 GHOFUR YUNIAR


Tulisan In-Depth MIDDLE TEST
Ada Roma yang Lain…
Kalau dengar kata “Roma”, yang terpikirkan adalah kota glamour di Negara Italia yang penuh dengan gemerlap lampu nan megah. Namun jika kita berwisata malam di Kota Malang, maka kata Roma takkan terasa asing di telinga. Jauh berbeda dengan Roma ala Italia, Roma di Malang adalah singkatan dari “Rombengan Malam”, yaitu pasar dadakan ditrotoar depan pertokoan yang sudah tutup di bilangan Gatot Subroto, Kota Malang.
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli, di pasar lah perekonomian berjalan.  Dimana ada pemukiman penduduk, di situ pasti ada pasar karena manusia tidak bisa lepas dari pasar. Terlepas dari pasar yang merupakan tempat jual beli, terdapat salah satu pasar yang unik keberadaannya, pasar ini terdapat di kota Malang tepatnya di jalan Gatot Subroto.
            Entah kenapa orang-orang menamainya Pasar Maling
. Tidak jelas siapa yang memberi nama itu, namun warga Malang sepakat menyebutnya Roma atau Pasar Maling. Pasar yang buka sekitar jam delapan sampai jam sepuluh malam ini tidak seperti pasar pada umumnya. Kalau sudah jam delapan malam sepanjang jalan gatot subroto ini sudah berjajar penjual beralaskan tikar didepan bangunan-bangunan toko yang sudah tutup di malam hari. Barang-barang yang dijual di Roma ini banyak mulai dari sepatu, baju, sampai barang-barang elektronik baru maupun bekas.

Awalnya pasti orang mengira barang yang dijual disini semua barang curian karena namanya. Mungkin bisa dikatakan benar bisa juga dikatakan salah, seperti pengakuan Wawan, 25, salah satu penjual handphone di pasar tersebut. Barang-barang yang ia jual didapatkannya dari beberapa kenalan yang kemudian ia jual kembali. Yah hape-hape yang saya jual ada dosbook-nya kok Mbak, masak kalo lengkap ya dibilang barang curian?” ujarnya. Meski begitu ada juga barang yang dijual tanpa menyertakan buku panduan, dan terkesan barang curian, tetapi semua itu yang tahu hanya pihak-pihak yang bersangkutan dalam rangka mencari keuntungan.
Tanpa pajak
Salah satu faktor yang menyebabkan harga jual di Roma lebih murah adalah para pedagang tidak dikenai pajak oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena Roma bukanlah pasar resmi, sehingga harga jual merupakan hasil tawar-menawar antara penjual dan pembeli tanpa dipengaruhi kawajiban pedagang membayar pajak. “Ini kan bukan pasar resmi, Mbak. Jadi nggak ada campur tangan pemerintah, apalagi masalah pajak,” ujar Ridwan, 31, salah satu pedagang sepatu bekas.
Jika dilihat dari bentuk pasarnya, memang lebih mirip seperti pedagang kaki lima yang berjualan sepanjang jalan. Tidak ada lapak, hanya karpet berukuran kecil sebagai alas penjual dan sedikit tempat untuk menggelar barang dagangan.
Sirkulasi Berantai
Tidak dipungkiri, mesti kebanyakan penjual menyangkal tentang barang dagangan yang dicurigai barang curian, tetap ada juga barang yang memang didapat dari pencuri. “tetep ada Mbak, barang yang asli dari maling, misalnya sepatu bekas,” terang Arif, 28.
Menurutnya, sirkulasi penjualan barang curian itu terjadi secara berantai. Misalnya dari pencuri, ke pengadah, kemudian baru dijual ke pedagang Pasar Maling untuk dijual langsung ke pembeli. Meski sudah menjadi rahasia umum, praktek ini tidak serta merta dapat dikriminalkan karena tidak ada tindakan yang benar-benar menunjukkan aksi pencurian.
“saya pernah dapet BB (BlackBerry, red) curian, tapi malah saya yang di”maling-maling”-kan sama yang punya, yo wegah mbak suwe-suwe (ya malas mbak lama-lama),” ujarnya sambil tertawa.
Harga Tipuan
Jika ingin membeli barang di roma, harus pintar-pintar menawar, tawar harga dari separuh harga yang ditawarkan oleh penjual, dan turunkan harga sebisa mungkin. Karena tidak dikenai pajak, harga dapat turun drastis dibandingkan dengan harga pasaran. “biasanya saya tawarkan harga tinggi dulu, baru saya turunkan sedikit-sedikit sampai cocok sama pembeli,” terang Arif.
Jika pembeli adalah orang-orang yang sudah biasa bertransaksi di Pasar Maling, maka sangat susah ditipu pedagang karena mereka sudah memahamh aturan main di Roma. “yang penting sama-sama untung lah Mbak, kan jadi sama-sama enak,” tambah lelaki berambut gondrong tersebut.

2 komentar:

  1. postingan blog kelompok kalian kok kurang produktif ya??? Hanya berdasarkan pesanan doang.

    BalasHapus
  2. Info yg menarik buat saya mantap

    BalasHapus